Jumat, 30 April 2010

MEMBANTU ANAK MENYELESAIKAN TUGASNYA

Anak akan lebih berhasil di sekolah bila orang tuanya tertarik untuk membantu anak dalam menyelesaikan tugas sekolahnya. Ketertarikan orang tua akan tugas sekolah anak akan membuat anak merasa senang dan menyadari pentingnya untuk mengerjakan tugas sekolah. Tetapi bagaimanakah cara yang tepat dalam membantu anak menyelasaikan tugas sekolah? Apakah dengan mengerjakan semua soal begitu saja saat anak mengatakan tidak bisa? Ataukah dengan cara lain?
Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan
• Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Karena itu berbicaralah dengan guru atau wali kelas anak anda bagaimana sebaiknya anda membantu anak dengan tugas sekolahnya.
• Ciptakanlah suasana di rumah yang mendukung anak untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Pastikan tempatnya belajar di rumah mempunyai cukup penerangan. Sediakan alat-alat tulis yang sekiranya diperlukan di tempat belajar anak tersebut.
• Jadwalkan waktu belajar yang teratur. Ada anak yang suka belajar sore hari tetapi ada pula anak yang lebih suka belajar malam hari setelah makan malam. Biarkan anak memilih sendiri waktu yang tepat baginya untuk belajar selama pilihan waktunya tersebut masih dalam batas wajar.
• Hindarkan semua hal-hal yang dapat mengganggu anak belajar. Ini berarti jauhkan anak dari televisi, musik bersuara keras dan telepon selama waktu belajarnya.
• Pastikan anak anda mengerjakan sendiri tugas sekolahnya. Anak-anak tidak akan pernah belajar dengan baik jika mereka tidak dibiasakan untuk berpikir sendiri dan biarkan mereka belajar untuk membuat kesalahan. Tetapi orang tua dapat memberi sedikit bantuan bila anak mengalami kesulitan dengan tugas sekolahnya. Bantulah anak dengan memberi petunjuk-petunjuk kecil bukan dengan mengerjakan tugasnya.
• Perhatikanlah kegiatan akademik anak. Tanyakan kepada anak tentang tugas, ujian, atau hal-hal penting lain di sekolahnya. Ini akan membuat anak senang. Beri tahukan kepada anak bahwa anda akan selalu siap membantunya bila ia menemui kesulitan.
• Berikan teladan yang baik. Apakah anak anda sering melihat anda membaca koran, menulis surat atau membaca buku? Anak-anak cenderung untuk menirukan perbuatan orang tuanya dari pada mengikuti nasihat orang tuanya.
• Berikan pujian kepada anak atas usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Hargai usahanya tersebut misalnya dengan menempelkan hasil ulangannya atau karya keterampilannya di pintu lemari es. Anda dapat menyampaikan keberhasilannya dalam bidang tertentu kepada kerabat-kerabat anda.
• Bila anak anda mempunyai masalah terus menerus dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya segera bicarakan hal tersebut dengan gurunya. Mungkin anak anda mengalami kesulitan dalam membaca tulisan di papan tulis karena temapt duduknya yang terlalu jauh.
(cfs/kidshealth.org)

Sabtu, 24 April 2010

MENCIPTAKAN ANAK PINTAR

ADALAH hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh, nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru, pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari bagaimana orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin, orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa seperti itu, orang tua harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain terpenuhinya kebutuhan biomedis, kasih sayang, dan stimulasi. Hal ini diungkap dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA.
Bicara tentang kecerdasan, tentu saja tidak bisa lepas dari masalah kualitas otak, sedangkan kualitas otak itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Secara prinsip, menurut Sudjatmiko, perkembangan positif kecerdasan sejak dalam kandungan itu bisa terjadi dengan memperhatikan banyak hal. Pertama, kebutuhan-kebutuhan biologis (fisik) berupa nutrisi bagi ibu hamil harus benar-benar terpenuhi. Seorang ibu hamil, gizinya harus cukup. Artinya, asupan protein, karbohidrat, dan mineralnya terpenuhi dengan baik.
Selain itu, seorang ibu hamil tidak menderita penyakit yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Kebutuhan nutrisi itu sendiri, sebenarnya bukan hanya ketika ibu mengandung, melainkan ketika ia siap untuk mengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinya harus lengkap, sehingga ketika ia hamil, dari segi fisik sudah siap dan proses kehamilan akan berlangsung optimal secara nutrisi.
Tapi, memang di Indonesia atau di negara-negara berkembang pada umumnya–boleh dikatakan sangat jarang ada keluarga yang mempersiapkan kehamilan. Malah, kerap kehamilan dianggap sebagai suatu yang mengejutkan. Berbeda dengan yang terjadi di negara-negara maju. Inilah yang cenderung menjadi penyebab awal mengapa anak-anak yang lahir kemudian tidak berkualitas, karena orang tua seakan tidak siap dalam segala hal untuk memelihara anaknya.
Faktor kedua adalah kebutuhan kasih sayang. Seorang ibu harus menerima kehamilan itu, dalam arti kehamilan yang benar-benar dikehendaki. Tanpa kasih sayang, tumbuh kembangnya bayi tidak akan optimal. “Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya,” kata mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia itu. “Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatir akan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungannya,” tambahnya.
Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktor psikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari. Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istri dan suami. Tanpa komitmen di antara keduanya, kehamilan itu bisa dianggap mengganggu.
Juga harus ada support (dukungan). Tanpa support, walaupun ada komitmen dari suami dan orang tua dapat mengurangi perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan. “Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah komitmen dengan suami, serta support dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram,” lanjut Sudjatmiko.
Faktor ketiga adalah adanya perhatian penuh dari si ibu hamil terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang.
Sebaliknya, bila si ibu selalu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman tersebut, sehingga secara tidak sadar bayi akan terstimuli juga ikut gelisah. “Yang paling baik adalah stimuli berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi,” ujar Sudjatmiko.
Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan, perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus menjadi setiap minggu.
Sudjatmiko juga menyarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang katanya bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi. Obat-obatan semacam itu hanya omong kosong. “Pemberian obat semacam itu percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,” katanya. “Yang penting, ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.
Sementara itu, psikolog anak Dra Surastuti Nurdadi juga mengungkapkan pendapat yang sama. Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini, diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. “Stimulasi menimbulkan kedekatan antara ibu dan anak.
Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli dengan diperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia masih di dalam rahim.
Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi sejak dalam kandungan. Bahkan, untuk jenis musik yang ‘merangsang bayi’ ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.
“Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari lingkungannya,” ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini. Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si jabang bayi

Sumber: www.kumpulbocah.com

Rabu, 21 April 2010

IQ BUKAN KUNCI MATI KECERDASAN


Bila bicara mengenai kecerdasan seorang anak, mungkin Anda langsung akan menghubungkannya dengan Intelligence Quotient, atau yang lebih dikenal dengan IQ. IQ ini seringkali menjadi panduan kecerdasan seseorang untuk masuk sekolah atau diterima kerja. Anda sendiri pun mungkin sudah sangat akrab dengan tes-tes semacam yang bertujuan sama, yaitu mengetahui skor IQ.

Si buyung dan si upik pun saat masuk sekolah biasanya akan melewati tes IQ sebagaimana juga Anda dulu. Bila skornya cukup tinggi dan di atas rata-rata, bolehlah Anda berbangga hati. Orang tua mana sih yang tidak bangga bila tes IQ buah hatinya menunjukkan angka yang tinggi Nah bagaimana bila skor IQ-nya hanya sebatas rata-rata saja? Janganlah dulu berkecil hati, apalagi sampai menghukum si kecil yang baru saja mau masuk sekolah dengan setumpuk buku-buku pelajaran. Hidup seseorang tidak sepenuhnya bergantung pada IQ kok!

Untuk menggolongkan kecerdasan buah hati, IQ bukanlah satu-satunya patokan utama yang mendasarinya. Biasanya skor IQ hanyalah dipergunakan untuk seperti diatas biasanya adalah nilai untuk mengukur kecerdasan akademik atau IQ verbal anak, yaitu kemampuan anak untuk belajar dengan cepat dengan cara membaca dan menulis.

Setiap anak pada dasarnya adalah cerdas. Namun kecerdasan apa yang paling menonjol dari Anda berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya meliputi kecerdasan intelektual belaka. Kecerdasan anak Anda bisa jadi termasuk dalam Multiple Intelligence . Coba perhatikan, pasti minimal salah satu dari 9 jenis kecerdasan di bawah ini ada pada buah hati Anda..

1. Linguistik Verbal

Kecerdasan yang biasanya dipakai oleh institusi pendidikan
untuk mengukur IQ seorang anak, seperti yang dijelaskan
di atas. Biasanya berkisar pada kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif.

2. Numerik

Kecerdasan yang berhubungan angka atau matematika, termasuk juga kemahiran menggunakan logika.

3. Spasial

Kecerdasan gambar dan visualisasi yang berhubungan dengan kreatifitas seperti seni dan desain.

4. Kinestetik-Jasmani

Kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik seperti olahraga dan gerak pada atlet dan penari. Termasuk juga orang yang cepat belajar dengan cara melihat, menyentuh dan mengerjakan sesuatu secara langsung.

5. Naturalis

Kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang mampu berhubungan dengan alam seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, seperti misalnya pelatih binatang.

6. Interpersonal

Kecerdasan dimana ia mampu memahami dan berkomunikasi dengan mudah dengan orang lain.

7. Intrapersonal

Kemampuan untuk mengatahui kelebihan dan kekurangan termasuk mengendalikan dan mengatur dirinya sendiri. Kecerdasan ini juga sering disebut dengan kecerdasan emosi atau emotional intelligence . Daniel Goleman , di dalam bukunya yang berjudul “Emotional Intelligence”, mengatakan bahwa kecerdasan emosi ini adalah yang terpenting dari kecerdasan yang lain.

8. Musikal

kemampuan menyanyikan lagu, mengingat melodi, peka irama atau sekedar menikmati musik

9. Moral

kemampuan untuk memiliki nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat dan menerapkannya dengan baik pada keseharian.

Bukan mustahil bila buah hati Anda memiliki berbagai kecerdasan sekaligus. Jadi, berikan kesempatan anak anda untuk melakukan sebanyak mungkin kegiatan yang bervariasi, sehingga dia akan menemukan kegiatan yang paling sesuai untuk dirinya. Good luck!

Sumber: hanyawanita.com