Kamis, 23 September 2010

KIAT MENGOPTIMALKAN EQ ANAK







Apa tujuan anak menjadi orang tua? Membesarkan anak anak yang sehat, sukses dan bahagia? Seorang anak yang berhasil kepintaran akademik dapatkah dia terjamin hidupnya akan sukses? Bila si Tommy nanti menjadi seorang Direktur suatu perusahaan,apakah ia akan bahagia. Ternyata modal utama agar anak bisa hidup sukses dan bahagia bukan hanya dari inteijensi (IQ) belaka tetapi harus ada EQ dan SQ yang seimbang. Namun, kita akan membahas apa kita mengoptimalkan EQ.

Memanfaatkan banjir

Banjir tidak selalu identik dengan cerita duka. Anak-anak dan remaja di kali Cipinang sebagai arena bermain yang mengasyikan. Kegiatan bermain sejumlah anak diyakini oleh para ahli psikologi sebagai sarana efektif dan ampuh untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak. Jika anak kerakp menampilkan emosi yang meledak-ledak, mudah marah, gampang curiga, suka mengancam, senang melakukakan bentrok fisik, tenggelam dalam kesedihan, kerap merasa bersalah serta cemas berkepanjangan, itu semua menunjukkan anak yang bersangkutan memiliki tingkat cerdasan emosi (EQ) yang rendah. Hal ini patut diperhatikan para orang tua , karena tingkat kemampuan (IQ) anak yang tinggi tidak ada artinya jika EQ-nya rendah.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri sendiri. Mengatur emosi untuk diolah menjadi motivasi, merencanakan dan mencampai tujuan hidupnya.

Apa kiat untuk menciptakan kecerdasan emosi anak?
Kalo selama ini orang mengukur kecerdasan intelektual,terkenal dengan test IQ, maka sampai sampai saat ini belum ada alat ukur untuk kecerdasan emosi. IQ diukur dengan melakukan evaluasi atas berbagai aspek intelektual seperti konsentrasi, daya nalar, daya abstraksi dan daya analisis sintesis.

Seorang anak yang menampilkan kecerdasan emosi tinggi akan tampil yakin terhadap emosi yang dirasakan, mampu mengungkapkan perasaannya dengan tepat, mampu mengenali emosi orang lain dan menanggapinya secara baik.

Anak yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, akan tampil hangat, simpatik, mudah bergaul, dan menyenangkan bagi orang lain. Kecerdasan emosi seorang anak sangat terkait erat dengan gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tuanya.

Kecerdasan emosi diawali dengan adanya pengenalan terhadap emosi, baik emosi yang dialami sendiri maupun yang dirasakan orang lain. Sebagai anak yang pemikirannya masih berpusat pada diri sendiri, kecerdasan emosi diawali dengan usaha untuk mengenali emosinya sendiri.

Proses ini akan banyak dibantu oleh orang tua yang memiliki empati yaitu bersedia memahami emosi anak. Diatas telah dijelaskan bahwa emosi anak dipengaruhi oleh gaya orangtua dalam mengasuh anaknya. Ada empat gaya pengasuhan yaitu gaya pengasuhan mengabaikan emosi anak, menentang emosi, gaya serba boleh , dan gaya pencerdasan dan pencerahan emosi anak. Untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak beberapa langkah yang perlu dilakukan orangtua. Pertama, menyadari dan memahami emosi anak. Kedua, memandang emosi sebagai peluang untuk menjadi akrab dan menjadi sahabat anak. Ketiga, mendengarkan dengan empati setiap masalah anak dan menjelaskan emosi anak. Keempat, membantu anak memahami emosinya, dan terakhir , menetapkan aturan dan membantu anak menyelesaikan masalah.

Contoh untuk aplikasi melatih emosi:

Bermain bersama

Kegiatan bermain dapat dimanfaatkan orangtua, guru, atau pendidik sebagai wahana untuk mengembangkan kecerdasan anak. Orangtua dapat ikut berperan dalam kegiatan bermain bersama anak dengan berpedoman pada sikap dan langkah yang perlu mendapat perhatian para pengasuh anak.

Orangtua dapat mengembangkan emosi anak secara baik dengan merangsang sikap emosional anak dalam kegiatan bermain. Yang paling mudah dilakukan anak bersama orangtua adalah kegiatan bermain pura-pura. Misalnya pura-pura menjadi guru dan murid, dokter dan pasien, pilot dan pramugari.

Dalam kegiatan bermain ini emosi anak akan muncul. Anak akan banyak mengungkapkan emosi yang pernah dia temui dalam pengalamannya sehari-hari. Ungkapan emosi anak ini harus mampu diamati, digali, dan diarahkan orangtua sehingga anak dapat belajar mengenal emosi dan bentuk ekspresinya lewat kegiatan bermain yang dilakukan bersama pengasuhnya.

Selain itu, membaca buku dan bercerita dengan menggunakan boneka juga dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak. Saat anak menunjukkan emosi negatif dan tidak mudah diajak bicara, orangtua dapat menarik perhatian dengan cerita menggunakan boneka.

Orangtua pun dapat mengarang cerita mirip dengan pengalaman anak dan menjelaskan emosi yang dirasakan boneka-boneka dalam situasi yang dialami anak. Kemukakan juga konsekuensi kalau ia menangis terus tanpa ambil tindakan tegas dan mengandalkan belas kasihan orang.

Pengenalan dan melatih pengembangan emosi anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan kartu gambar. Orangtua atau guru dapat membuat kartu khusus terdiri atas gambar orang dengan berbagai ekspresi emosi.

Dalam permainan ini selain belajar mengenali emosi, anak juga belajar mengendalikan emosi, misalnya saat menunggu giliran, saat jumlah yang dikumpulkan kalah banyak dari teman mainnya, saat berkali kali gagal menemukan pasangan gambar yang cocok.

Inilah sedikit kiat mengoptimalkan EQ anak.
Terima kasih buat narasumber : Bp Dono Baswarono- Parenting
Ibu Shinta

Selasa, 14 September 2010

NUTRISI PENTING OPTIMALKAN PERKEMBANGAN OTAK BAYI

Konsumsi nutrisi gangliosida (GA) bagi balita sangat penting untuk memaksimalkan hubungan antarsel otak dan sama sekali tidak mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan dan pertumbuhan bayi.

Peneliti senior dari Palmerston North, Selandia Baru, Dr.Paul McJarrow, PhD di Jakarta, menjelaskan bahwa gangliosida dalam asam sialat dibutuhkan dalam pertumbuhan, perkembangan, migrasi dan pematangan sel syaraf otak, serta pembentukan synaps (hubungan antar sel syaraf). Hasil penelitian yang dilakukan di sejumlah negara antara lain Jepang dan Korea, menunjukkan tidak ada efek samping bagi bayi yang mengonsumsi GA, kata dr I Made Kardana, SPA dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar. Pemberian susu kaleng GA kepada bayi selama ini sama sekali tidak menimbulkan masalah.

Pemberian susu tersebut cukup membantu mempercepat hubungan antarsel menjadi semakin kuat, sekaligus membuat "peta otak" saling terjalin dan tersebar, sehingga kemampuan bayi untuk belajar dan mengingat semakin baik. Kecerdasan seorang anak sedikitnya oleh tiga faktor penting yang meliputi keturunan (genetik), nutrisi dan stimulasi lingkungan. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh dan saling mendukung terhadap pencapaian potensi anak yang maksimal.

Ibu yang cerdas perlu memperhatikan kebutuhan bayinya sejak dini, yakni faktor nutrisi dan stimulasi. "Nutrisi yang baik sangatlah penting pada tahap awal kehidupan seorang bayi. Ada banyak zat gizi yang diperlukan untuk perkembangan otak yang sehat, antara lain protein dan asam amino, kolina dan zat gizi mikro lainnya," tutur Kardana. Bayi pada saat dilahirkan dari kandungan ibunya memiliki sekitar 100 miliar sel otak, namun belum semua sel-sel otak tersebut saling berhubungan satu-sama lainnya secara sempurna.

Otak mengalami masa konstruksi semenjak janin hingga dekade pertama masa kanak-kanak. Upaya yang perlu dilakukan untuk memaksimalkan hubungan antarsel melalui pemberian nutrisi.
Selama masa konstruksi lebih banyak sel-sel syaraf yang terbentuk, sekaligus menjadi dasar untuk memori pada seorang anak sampai dewasa. Salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan otak adalah gangliosida yang berperan dalam pembentukan memori dan fungsi umum otak besar, pertumbuhan dan pembentukan sel syarat.

Nutrisi gangliosida, yang secara alami terdapat dalam air susu ibu, susu formula, daging, dan telur, memiliki peran penting dalam pertumbuhan serta perkembangan otak anak.

Lemak kompleks kelompok asam sialat yang terdiri atas komponen gula itu, menurut McJarrow, juga membantu proses transmisi sinyal sinaps, pembentukan struktur otak, clan menyimpan informasi. "Penelitian yang dilakukan pada manusia juga menunjukkan bahwa suplementasi gangliosida dapat meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat pada anak," ujarnya.

la menjelaskan, peran penting gangliosida dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak juga terlihat dari banyaknya konsentrasi gangliosida pada area abu-abu otak atau pada otak besar dan korteks serebral, yang merupakan area penting dalam pembentukan memori. Meski demikian, hingga kini belum diketahui periode kritis kebutuh­an gangliosida dalam formasi neuron maupun sinaps.

"secara spesifik belum diketa­hui kapan gangliosida ber­benar dibutuhkan," katanya.

la menyarankan para ibu hamil memaksimalkan asupan nutrisinya dengan mengonsumsi bahan makanan yang mengandung gangliosida seperti susu, daging, dan telur. Suplementasi gangliosida susu juga bisa diberikan kepada bayi setelah periode pemberian ASI eksklusif usai.

Lebih lanjut dijelaskan, meskipun penting, gangliosida saja tidak cukup untuk menyo­kong pertumbuhan dan perkem­bangan otak. Nutrisi mikro lain seperti protein, kolin, AA,-DHA, seng, besi, tembaga, iodium, folat, dan vitamin A juga punya peran yang penting.

Dan tanpa stimulasi me­madai, nutrisi saja tak dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Stimulasi bisa dengan membe­rikan rangsang suara, rabaan, gerakan, coretan dan gambar " pada saat bermain, menyusui, memandikan, jalan-jalan, dan yang lainnya.

www.suaramedia.com

KIDAL ITU TANDA BAGIAN OTAK PALING DOMINAN BUKAN KELAINAN







Tidak sedikit orangtua yang mencemaskan kekidalan anaknya. Hal ini terkait dengan masalah kesopanan yang menandakan tangan kiri sebagai "tangan jelek", sedangkan tangan kanan adalah "tangan manis". Jadi hal tersebut lebih pada budaya dan pandangan masyarakat di timur, terutama negeri kita. Tangan kiri juga identik dengan tangan yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kotor, sehingga dianggap tidak sopan untuk digunakan.

Kidal atau tidaknya seorang anak akan terlihat jelas saat usia prasekolah, karena di usia ini perkembangan motorik tangan seperti memegang, mengambil, melempar dan sebagainya sudah matang dan mantap. Selain itu, kecenderungan dan keluwesan penggunaan tangan pun sudah lebih terlihat, sehingga pada anak kidal akan tampak bila penggunaan tangan kirinya lebih baik dibandingkan jika menggunakan tangan kanan. Kidal atau tidaknya seorang anak biasanya akan menjadi permanen pada usia 6 tahun.

Kemampuan anak menggunakan tangan kiri ini berkaitan dengan fungsi otak kanan dan otak kiri yang sudah terprogram sejak anak berada dalam kandungan, walaupun nantinya lingkungan juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Otak kiri berfungsi untuk mengatur kemampuan berbahasa, kemampuan membaca, berbicara, menulis dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tata bahasa. Sedangkan otak kanan berfungsi untuk mengatur kemampuan kreativitas dan persepsi, pengenalan dimensi ruang dan situasi, kewaspadaan, serta perhatian dan konsentrasi atau yang dikenal dengan kemampuan matematik.

Anak kidal mengalami perkembangan otak kanannya lebih baik, begitu pun sebaliknya. Sebaiknya orangtua jangan memaksa anak kidal untuk memakai tangan kanan, karena akan membuat aktivitas otak sebelah kanan terhambat. Jika dipaksakan, bisa-bisa sang anak malah akan mengalami gangguan daya ingat, hilang konsentrasi, stres, emosi terganggu hingga gangguan bicara.

Sebagai orangtua, kita juga sebaiknya tidak mempermasalahkan keadaan anak kita yang kidal. Hindari juga menjuluki anak kita dengan "si kidal" karena hal tersebut akan berefek buruk pada konsep dirinya saat menyadari perbedaannya dengan anak-anak pada umumnya. Jika itu dilakukan, nantinya sang anak akan memiliki rasa malu dan rendah diri yang akan mencapai puncaknya pada masa remaja.

Jika kita menemukan anak-anak yang tertekan karena dia kidal, cobalah membantunya dengan memberi pengertian pada orangtuanya bahwa tidak ada yang salah dengan anak kidal. Atau jika perlu, langsung saja bantu sang anak untuk mengatasi ketertekanannya dengan memberikan beberapa contoh tokoh dunia yang sukses walaupun dia kidal seperti Pablo Picasso, Benjamin Franklin, Wolfgang Amadeus Mozart, Leonardo da Vinci, sampai "raja komputer" Bill Gates. Meskipun mereka kidal, mereka mampu sukses melebihi orang-orang normal.

Anak melakukan semua kegiatan dengan tangan kirinya. Anda berpikir akan lebih baik bila ia juga terampil menggunakan tangan kanannya. Anda bisa melatihnya, tapi jangan dengan cara dipaksa.

Tanda anak kidal. Sejak bayi, si kidal dapat kita kenali. Syaratnya, anak harus aktif. Semakin aktif tangannya bereksplorasi, semakin mudah mengenali keadaannya. Di usia sekitar 2 tahun, paling tidak, tanda-tanda kekidalannya tak dapat ditutup-tutupi. Anak kidal melakukan semua kegiatan dengan tangan kiri. Refleks tangan kirinya pun lebih cepat dibanding tangan kanannya.

Sylvia Weber, penulis dan kepala sebuah lembaga konsultasi khusus untuk orang yang kidal di negara bagian Bavaria, Jerman, menyebutkan bahwa kidal adalah fenomena yang muncul secara herediter, diwariskan. Meskipun fenomena ini alami terjadi namun, dalam kultur timur seperti di Indonesia, anak kidal bisa menemui masalah.

Yang terjadi adalah pengulangan bagi anak kidal. Maka ia harus mengulang dengan tangan kanannya. Akibatnya, tak jarang, selain unik karena kidal, perkembangan rasa percaya diri anak kidal pun bisa terhambat.

Tak jarang anak kidal juga terampil melakukan sesuatu dengan tangan kanannya. Anak yang terampil menggunakan tangan kiri dan sekaligus kanan memang lebih beruntung.

Jangan dipaksa. Anak-anak kidal sering dianggap anak yang tidak sopan karena, misalnya, selalu lupa bersalaman dengan tangan kanan. Padahal, menurut Weber yang juga ahli biologi, dominasi tangan kiri memberi tanda bahwa aktivitas otak sebelah kanan lebih dominan. Demikian juga sebaliknya, dominasi aktivitas otak bagian kiri menandakan tangan kanan si kecil lebih kuat, lebih dominan.
Tak jarang anak kidal yang mengalami hal ini terganggu ingatan dan perkembangan rentang konsentrasinya. Bahkan, mengalami gangguan bicara dan orientasi, jelas Weber.

Aturlah semua di tengah. Kalau batita Anda ternyata kidal, terimalah dengan lapang dada. Pada kenyataannya penggunaan tangan kanan dan tangan kiri pada si kecil dapat dilatih.

Cara termudah melatih keterampilan menggunakan tangan kanan pada si kidal adalah dengan menempatkan benda-benda yang biasanya dipegangnya dengan tangan kiri, ke tengah. Misalnya, letakkan sendok makan di tengah piring. Demikian juga kudapan favorit dan benda kesayangan seperti kukis atau pensil warna. Dengan demikian anak akan terdorong untuk meraih dengan tangan kanan, ungkap Weber, ibu dari dua gadis cilik yang juga kidal seperti dirinya.

Tak perlu ragu memberikan pujian saat si kidal mulai terampil dan sigap menggunakan tangan kanannya. Memang perlu waktu untuk melatih si batita. Namun, asalkan Anda peka dan sigap memberikan penanganan, Anda masih punya banyak waktu untuk melatih keterampilan ini hingga anak masuk sekolah.
Saat mana ia mulai dituntut aktif menggunakan kedua tangannya dengan terampil. (fn/mh/ab) www.suaramedia.com

PERMAINAN RANGSANG POTENSI 8 JENIS KECERDASAN ANAK














Sumber : www.suaramedia.com

Menilai kecerdasan anak tidak bisa hanya berdasarkan skor standar semata, seperti tes IQ, hal itu amatlah terbatas. Namun, perlu mengukur dari definisi kecerdasan yang berbeda.

Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat mengemukakan, definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa. Ia membagi 8 jenis kecerdasan, dan dikenal sebagai Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Dan kita semua punya 8 area kecerdasan itu dalam taraf berbeda.

1. Kecerdasan bahasa (Word Smart)
Kecerdasan ini meliputi kemampuan anak dalam merangkai kata, baik dalam tulisan maupun perkataan. Anak dengan kecerdasan bahasa yang tinggi akan lebih suka dengan permainan seperti bercerita atau mendongeng, membaca buku, scrabble, menulis, dan menyukai bahasa asing. Maka tak heran jika anak dengan kecerdasan bahasa akan lebih cepat dan sering berbicara, terutama dengan kata-kata baru.

2. Kecerdasan matematis (Logic Smart)
Anak dengan kecerdasan ini akan menikmati permainan komputer, bermain detektif, teka-teki, atau proyek sains sederhana. Sebabnya, anak dengan kecerdasan matematis yang tinggi akan memiliki konsep matematika, sains, dan pemecahan masalah yang baik karena melibatkan logika.

3. Kecerdasan spasial (Picture Smart)
Biasanya akan ditandai dengan suka berjalan-jalan dan menikmati pemandangan, plus memilki ingatan yang kuat. Sebab segala yang menarik perhatiannya akan disimpan dalam imajinasinya. Maka tak heran jika sering disebut sebagai ‘si mata super’. Imajinasi dan daya ingat yang kuat akan membuatnya mengekspresikan ide dalam bentuk seni, desain, atau eksperimen.

4. Kecerdasan Musikal (Musical Smart)
Kecerdasan musikal meliputi kemampuan anak dalam mengapresiasi musik, bernyanyi, memainkan alat musik, atau bahkan menikmati tayangan musikal. Coba perhatikan apakah anak ikut bersenandung setiap kali orang-orang di sekitarnya bernyanyi? Jika iya, coba kenalkanlah dengan alat musik.

5. Kecerdasan Kinesitetik (Body Smart)
Ciri utamanya adalah lincah, gesit, dan cekatan maka kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu yang melibatkan tubuhnya akan sangat piawai dilakukan. Olahraga, ketrampilan, seni tari, atau drama, adalah beberapa kegiatan yang melibatkan kecerdasan kinestetik.

Ajak anak membuat seekor domba dari sebutir telur ayam yang direbus. Rekatkan kapas, mata mainan pada telur rebus, serta hias menyerupai seekor domba lucu. Permainan ini melibatkan olah tubuhnya sehingga merangsang kecerdasannya.

6. Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
Inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan bersosialisasi. Mudah bergaul, memahami pikiran, dan peka terhadap perasaan orang lain menjadi ciri dari anak yang dominan kecerdasan interpersonalnya.
Kita bisa merangsang kecerdasannya dengan mengajak membuat wayang sumpit.

Caranya dengan menggunting gambar dari buku atau hasil gambar sendiri, lalu tempelkan di atas karton dan potong mengikuti bentuk gambar. Ambil sumpit dan tempelkan di bagian belakang gambar dan wayang sumpit pun siap dimainkan. Ketika anak memainkannya dengan orang lain, itu akan menjadi media melatih kecerdasan interpersonalnya.

7. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang dominan akan ditandai dengan memahami diri sendiri, bisa mengekspresikan perasaan, keinginan, dan mengetahui kemampuannya. Anak ini juga mampu menyemangati diri sendiri, mempunyai kepercayaan yang tinggi serta menghargai dirinya sendiri.

Anita menyarankan kita bisa mengajaknya membuat boneka dari styrofoam. Bentuk berbagai pola binatang atau orang menggunakan pensi, kemudian gunting, dan hiasi pola tersebut untuk kemudian ditempelkan pada sedotan. Saat anak berhasil menyelesaikan boneka pertamanya, ia akan merasa pintar dan percaya diri. Kepercayaan inilah yang nantinya akan menularkan keberanian lainnya.

8. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Jika anak kita sangat menyukai segala hal yang berkaitan dengan alam dan aktivitas di luar ruangan, maka kecerdasan yang dominan pada anak kita adalah nature smart. Itu mengapa mengajaknya untuk berkenalan dengan binatang, tanaman, dan alam semesta adalah hal-hal yang mampu menarik perhatiannya.

Menurut Dr. Halit Hulusi, Senior Educational Psychologist di Birmingham Educational Psychology Service, Inggris, dengan delapan area kecerdasan ini, berarti beragam cara dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan kecerdasan anak-anaknya. Namun, tentu saja tidak setiap anak bisa menjadi brilyan di semua bidang, tetapi Anda dapat membantunya mengoptimalkan semua potensi di setiap area kecerdasannya.

Semua kecerdasan ini pasti ada, hanya saja kadar atau tingkat dominasinya berbeda-beda pada setiap anak. Oleh karena itu, penulis yang juga seorang pendongeng ini percaya tak ada anak yang bodoh.
Bahkan dari sebuah permainan, kita bisa menemukan sekaligus merangsang potensi kecerdasan anak kita. Dan permainan itu adalah :

1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart).

Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berbahasa. Seorang anak dengan kecerdasan linguistik menonjol umumnya senang mendengarkan cerita, senang bercerita, senang bermain peran, dan permainan yang berhubungan dengan kata-kata.
Stimulasi: Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya tentang ciri-ciri binatang. “Ada binatang, suaranya guk guk, warna bulunya putih. Kamu sayang sekali padanya. Binatang apa itu, ya?”
Anak bisa menjadi penulis, wartawan, pengacara, penyiar radio, pembawa acara atau ahli di bidang pemasaran.
Coba! Duduk berhadapan dengan anak, lalu berceritalah tentang apa yang telah dilakukannya hari ini bergantian dengan Anda.

2. Kecerdasan Logika-Matematika (Number Smart). Kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Anak-anak dengan kecerdasan logika-matematika yang tinggi memperlihatkan minat besar pada kegiatan eksplorasi, cerewet bertanya tentang berbagai fenomena, dan menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaannya.
Stimulasi: Mulailah berhitung. Manfaatkan jari tangan, orang yang sedang berbaris, atau apa saja. Arahkan perhatian anak pada angka dan pola yang ada di sekitarnya. Gunakan manik-manik berwarna untuk membuat pola sederhana yang dapat ditiru anak. Misalnya, susun biru-merah-kuning-hijau, lalu biarkan anak melanjutkan dengan pola yang sama.
Anak bisa menjadi ilmuwan, dokter atau ekonom.
Coba! Buat semacam gerai toko dengan memanfaatkan barang-barang di rumah, termasuk mainannya. Ajak anak bermain peran sebagai pedagang dan pembeli.

3. Kecerdasan Visual-Spasial (Picture Smart). Kecerdasan yang melibatkan kepekaan mengobservasi dan kemampuan berpikir dalam gambar. Kecerdasan ini memungkinkan anak membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Biasanya, anak menyukai kegiatan bermain puzzle, menggambar, bermain balok, mencari jalan paling tepat, serta menghabiskan waktu luang untuk melamun.
Stimulasi: Biarkan anak bereksplorasi saat ia menggambar. Gunakan kapur, plastisin, cat air atau krayon dengan berbagai alat bantu seperti sikat, gunting, tangan dan kaki, bahkan sayuran untuk menggambar atau mencetak gambar. Ajak anak berdiskusi tentang hasil karyanya, termasuk tekstur, warna dan ukurannya.
Anak bisa menjadi arsitek, seniman, ahli mesin, animator, desain komputer grafis, atau fotografer.
Coba! Ajak anak memilih sebuah gambar, misalnya dari majalah lama, Gunting secara acak, lalu minta dia menyusunnya sehingga menjadi gambar yang utuh kembali.

4. Kecerdasan Musikal (Music Smart). Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berpikir atau mencerna musik, menggunakan musik sebagai sarana berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memiliki kecerdasan ini sensitif terhadap suara, struktur musik dan ritme. Ia kemungkinan bagus saat menyanyi atau memainkan instrumen musik.
Stimulasi: Bangkitkan minat anak untuk mengenali dan merespon aneka suara yang dia dengar sehari-hari, misalnya suara bel pintu atau suara telepon. Anda juga bisa memperdengarkan suatu irama tepuk tangan, lalu lihat apakah anak dapat mengulang irama tepukan Anda tadi? Atau, dia berminat membuat irama tepuk tangan untuk Anda tiru.
Anak bisa menjadi komposer, penata musik, musisi, atau guru musik.
Coba! Buat alat musik sederhana dengan benda-benda yang ada di rumah. Misalnya ember plastik dan sendok kayu sebagai drum dan alat pemukulnya. Kurang menantang? Buat seperangkat alat musik dan mainkan bagai sebuah orkes simfoni. Saat bayi mulai bisa berinteraksi dengan sekitarnya, maka dia sudah memiliki keinginan untuk bermain. Karena hasrat bermain ini sebenarnya adalah salah satu caranya untuk belajar mengenai diri dan sekitarnya.

Itu mengapa, permainan yang kita berikan pada anak haruslah yang dapat memicu perkembangan otak hingga membentuk kecerdasan optimal. Dan sebenarnya tak perlu permainan yang jelimet untuk merangsang kecerdasan anak.

Siapa bilang butuh biaya mahal untuk merangsang kecerdasan anak, karena ternyata hanya perlu kreativitas serta waktu bermain yang menyenangkan antar orang tua dan anak.
Jadi, sudah siap mengeksplorasi kecerdasan anak melalui permainan?

5. Kecerdasan Gerak Tubuh (Body Smart). Disebut juga kecerdasan kinestetik, melibatkan kemampuan mengontrol gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Anak-anak dengan kecerdasan gerak tubuh di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh sesuatu dengan tangkas dan cepat. Keterampilan motorik halus dan kasarnya baik. Bisa dibilang, anak mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Stimulasi: Sikap menghargai dan memanfaatkan tubuh yang baik, terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh sejak dini. Beri anak kesempatan untuk mengembangkan kepercayaan terhadap kemampuan tubuhnya dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang aman untuk berksplorasi, baik dengan berjalan, berlari, berayun, memanjat, melompat, merangkak, maupun berenang.
Anak bisa menjadi penari, atlet, koreografer, aktor/aktris, guru olahraga, pelatih drama, mekanik, atau ahli bedah.
Coba! Perdengarkan musik favorit anak, lalu menarilah bersamanya sambil bertepuk tangan, mengangkat atau menghentakkan kaki dan berputar.

6. Kecerdasan Interpersonal (People Smart). Kecerdasan yang melibatkan kemampuan memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, serta melihat perbedaan orang lain dari segi suasana hati, temperamen dan motivasi. Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol, cenderung lebih baik dan mudah menjalin interaksi sosial, serta sangat sensitif terhadap perasaan orang lain. Selain itu, dia juga berpeluang menjadi pemimpin di kelompoknya.
Stimulasi: Bantu anak mengembangkan jenis kecerdasan ini, misalnya dengan berbicara tentang perasaan Anda atau orang lain. Katakan padanya, “Nenek sedang sedih, Nak. Jadi, jangan dulu mengajaknya bermain boneka ya.”
Anak bisa menjadi pengajar, pekerja sosial, konselor, politisi, atau mediator.
Coba! Bacakan buku cerita favorit anak. Tanyakan padanya apa yang dirasakan oleh karakter dalam cerita dan mengapa si tokoh merasa demikian.

7. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart). Kecerdasan yang melibatkan kemampuan memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi, dan memahami situasi seperti apa yang sebaiknya dihindari. Beberapa ciri anak dengan kecerdasan intrapersonal di atas rata-rata adalah tahu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial, dan tahu siapa orang yang tepat untuk dimintai bantuan.
Stimulasi: Anak Anda butuh bantuan untuk memahami apa yang dia rasakan. Coba kaitkan tingkah lakunya yang tampak oleh Anda dengan kejadian yang mungkin menjadi pemicunya. Misalnya, “Kamu hentak-hentakkan kakimu karena kamu marah, ya. Apakah ini karena Toni mengambil mobil-mobilanmu?”
Anak bisa menjadi wiraswasta atau filsuf.
Coba! Gambar sesuatu yang bisa mewakili apa yang Anda rasakan. Minta pula si kecil melakukan hal yang sama. Bandingkan dan bahas gambar-gambar tersebut.

8. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart). Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam. Anak-anak dengan kecerdasan naturalis yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap lingkungan alam sekitarnya, termasuk binatang. Mereka tidak takut atau jijik untuk memegangnya, sejak usia dini.
Stimulasi: Perlihatkan pada anak proses tumbuh kembang makhluk hidup, misalnya kacang hijau menjadi tauge, atau ulat menjadi kupu-kupu. Lebih baik lagi bila Anda bisa memberinya suatu lahan atau pot agar si kecil bisa menanam dan memelihara sendiri satu tanaman dari benihnya, serta tahu apa yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Anak bisa menjadi ilmuwan atau ahli konservasi alam.
Coba! Ajak balita berjalan-jalan di taman kota, kebun raya, pantai atau tempat lain yang memiliki aneka ragam makhluk hidup. Beritahu nama-namanya dan ajak anak mengenalinya lebih jauh.
www.suaramedia.com