Senin, 09 Agustus 2010

POTENSI

Hari Minggu sebenarnya adalah hari yang sangat relax. Namun kali ini, saya harus menyelesaikan website yang sudah terbengkalai sejak bulan Mei yang lalu.

Biasanya saya tidak pernah melewatkan acara Kick Andy yang ditayangkan tiap Minggu sore 15.30. Tapi karena sedang asyik dan mengejar website yang harus selesai, terpaksa acara ini hampir dilewatkan. Ketika sedang posting, saya mendengar di suara tv ada seorang laki yang cacat dan hampir tidak mempunyai kesempurnaan di kaki (harus memakai kursi roda) dan tubuh yang mungil tidak normal sebagaimana layaknya seorang manusia. Dalam pembicaraan antara Andy dan sang Bapak, ternyata bapak mengakui bahwa dia ingin bergaul dengan teman teman sebaya ketika masih kecil. Tetapi ada penolakan dari teman temannya karena dianggap bahwa sang Bapak bukan manusia normal. Dengan adanya penolakan itu bapak mengurung diri dan tidak mau melakukan apapun. Suatu saat ketika ibunya meninggal, bangkitlah dan terbukalah dunia sang Bapak bahwa dia harus belajar untuk mengejar ketertinggalannya. Dengan tekad yang besar dia mempelajar soal radio dan akhirnya dia mempunyai Stasiun Radio.Dia menemukan potensi dalam dirinya dan digalilah potensi tersebut sehingga potensi itu menjadi suatu kemampuan yang menjadikan dirinya mampu untuk mandiri dan berhasil dalam mengoptimalkannya.

Secara umum memang menggali potensi tidak mudah . Anak sayapun mengikuti berbagai macam test kemampuan atau disebut IQ ketika dia harus memilih apakah masuk IPA, IPS atau Bahasa. Memang pertama kali berpikir wah nanti kalau sudah dapat hasil test kemampuan pasti akan mengetahui potensi kemampuan kita dimana. Setelah mengikuti sehari test IQ Kelas II SMA, hasil dari test baru kami dapatkan sebulan kemudian.

Ternyata apa yang dinyatakan dalam hasil test IQ bukanlah suatu gambaran yang jelas dan terang kemana tujuan dan arah kemampuan /potensi anak saya. Makin bingung karena dalam hasilnya dinyatakan bahwa anak saya mempunyai minat untuk melanjutkan pendidikan di IPS.
Setelah saya tanya kepada anak saya kenapa kesimpulan dari psikolog adalah IPS bukan IPA. Anak saya mengatakan bahwa ketika ada pertanyaan pelajaran apa yang paling kamu sukai? Dia menjawab bahasa Inggris. Dalam pertanyaan tidak diminta penjelasan. Tetapi saya bertanya kepada anak saya kenapa engkau memilih bahasa Inggris. Jawabannya karena paling mudah . Jadi bukan karena minat atau potensi yang tepat yang dikatakan oleh psikolog.



Tentu kami tidak hanya melakukan test IQ hanya 1 tempat saja. Kami mencoba tempat lain dengan suatu metode yang beda. Namanya Aura. Disini hasilnya sangat beda karena hasil dari Aura yang dijelaskan oleh pakarnya menyatakan bahwa anak saya boleh mengambil IPA karena dia mempunyai kecenderungan untuk bisa bekerja dalam bidang dokter, design grafis, diplomat dan sebagainya.

Pasti sebagai orang tua, kita ingin menggali potensi anak kita seakurat dan semaximal mungkin. Masalahnya adalah apa yang dinyatakan seorang pakar belum tentu akurat. Seberapa akuratnya tentu kembali kepada diri anak yang bisa mengukur sendiri. Maka jangan jadikan test IQ maupun test yang lain sebagai pedoman untuk menggali potensi, tetapi galilah potensi diri kita dengan ukuran yang kita ketahui , misalnya minat dalam bidang design grafis maka kembangkanlah potensi kita pada bidang ini semaximal mungkin.

1 komentar:

  1. Setuju Ina! Orang tua harus aktif memperhatikan potensi yang masih terpendam pada anak sejak dini.

    Eh, udah punya website ya? Mana? Kasih linknya dong...

    BalasHapus